Senin, 04 Mei 2009

TEKNIK HANDLING PADA TERNAK

1. Pemotongan Kuku (Hooves Trimming)
Kuku tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan kedudukan tulang teracak menjadi salah, sehingga titik berat badan jatuh pada teracak bagian belakang, bentuk punggung menjadi seperti busur, mudah terjangkit penyakit kuku, dan mengakibatkan kepincangan pada ternak.
Kuku yang tumbuh panjang dapat menghambat aktivitas ternak, seperti naikturun kandang, berjalan untuk mendapatkan makanan dan minum, atau berdiri dengan baik sewaktu melakukan perkawinan. Di samping itu menyebabkan ternak sulit berjalan dan timpang, sehingga mudah terjatuh dan mengalami cedera. Kalau ternak itu sedang mengalami kebuntingan, maka dapat mengakibatkan keguguran.
Upaya untuk menjaga agar kedudukan kuku tetap serasi, maka setiap 3-4 bulan sekali dianjurkan untuk melakukan pemotongan kuku secara teratur, terutama kuku kaki bagian belakang. Sebab kuku kaki depan lebih keras dibandingkan bagian belakang yang selalu basah terkena air kencing dan kotoran. Tetapi dari segi kecepatan pertumbuhan, kuku kaki belakang maupun kaki depan memiliki kecepatan tumbuh yang sama, sehingga baik kuku belakang maupun kuku kaki depan perlu dilakukan pemotongan secara teratur.
Tujuan pemotongan kuku adalah untuk menanggulangi masalah penyakit kuku dan menjaga keseimbangan gerak ternak pada saat berdiri, istirahat, efisiensi penggunaan ransum, dan produktivitas ternak. Pemotongan kuku dapat dilakukan dengan cara merebahkan ternak terlebih dahulu atau dapat pula tanpa merebahkan. Pemotongan kuku tanpa merebahkan ternak biasanya kurang memuaskan. Sebab tidak semua bagian kuku yang hendak dipotong dapat terpotong dengan baik dan akan sulit mengerjakannya jika kurang terampil.

2. Pemotongan Paruh
Pemotongan paruh merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peternakan ayam untuk mendapatkan keuntungan.
Ada empat hal yang akan dicapai dengan adanya pemotongan paruh ini, yaitu :
- Menghilangkan sifat kanibalisme pada ayam
- Meningkatkan efesiensi dalam pemberian pakan
- Mengurangi terjadinya stress
- Menurunkan Konversi makanan.
Kanibalisme pada ayam merupakan kebiasaan saling mematuk diantaranya sesamanya yang merupakan naluri sejak lahir.
Konversi makanan adalah banyaknya amkanan yang dibutuhkan untuk tiap pertambahan berat badan per 1 kg. Pemotongan paruh yang dilakukan pada DOC atau berumur dibawah 1 minggu juga memberikan keuntungan dalam hal penanganan jauh lebih mudah dan paruhnya masih lunak, disamping itu apabila ayam mengalami stress akibat pemotongan paruh maka masih tersedia waktu yang cukup panjang untuk mengembalikan kondisinya kepada keadaan semula.
Untuk menghindari kemungkinan paruh kembali runcing pada umur 18 minggu (periode grower) dapat diatasi dengan cara memotong paruhnya sependek mungkin. Sebagai pedoman paruh dapat disisakan sepanjang 2-3 mm dari lubang hidung atau setengahnya dari panjang paruh semula.
Alat untuk memotong paruh disebut debeaking dan memotong paruh disebut electric debeaker.
Gambar 1: mesin pemotong paruh

Tipe alat pemotong paruh meliputi :
• IX
• MN2
• D
• K
Tujuan pemotongan paruh:
(1) Mencegah kanibalisme
(2) Mencegah pematukan bulu
(3) Mengurangi ransum yang terbuang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan paruh ini yaitu :
a. Pemotongan paruh dilakukan pada anak ayam umur 6 – 9 hari, dan paruh yang dipotong 1/3 dari panjang paruh bagian atas.
b. Pisau pemotong harus pijar, yaitu temperatur pisau sekitar 815 0C (1500 0F).
c. Harus teliti memotong paruh anak ayam lebih dari 500 – 600 ekor/jam.


3. Teknik Merebahkan Ternak
Tips Efektif Merebahkan Hewan Kurban:



Tidak jarang panitia penyembelihan hewan korban dipusingkan dengan ulah beringas sapi yang hendak disembelih. Hewan-hewan tersebut tengah mengalami stres. Akibatnya petugas akan mengalami kesulitan saat merebahkan maupun mengulitinya. Kulit dan dagingnya menjadi keras. Untuk itu berikut ini tips merbahkan hewan korban tanpa membuatnya stres:
1. Beri Waktu Untuk Beradaptasi. Sebaiknya sapi diinapkan selama semalam atau 12 jam di lokasi sekitar penyembelihan. Selain memberi kesempatan beristirahat sehingga otot-otonyamengalami relaksasi, juga dimaksudkna agar sapi dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
2. Gunakan tali berwarna gelap, untuk menjatuhkannya. Seperti warna hitam atau biru. Jangan sekalipun menggunakan tali berwarna terang seperti merah atau orange, sebab sapi akan semakin beringas melihat warna-warna terang.
3. Teknik Merebahkan Model 1 (Gambar No.1). Setelah ditambatkan di batang pohon atau patok yang kokoh, tali yang telah disediakan diikatkan pada tali yang melingkar di leher. Kemudian ditarik hingga ke belakang punuk atau bagian belakang kaki depan. Tali dilingkarkan ke tubuh, disimpul di bagian samping kiri punggung. Ditarik ke belakang lagi hingga batas depan kaki bagian belakang, dilingkarkan ke tubuh, kemudian disimpul di bagian samping kiri punggung belakang. Dengan teknik model ini, hanya dibutuhkan satu orang saja untuk merebahkannya, dengan cara menarik tali dari belakang tubuh saja.
4. Teknik Merebahkan Model 2. (Gambar No.2). Model kedua adalah dengan melingkarkan tali di bagian depan punuk, menyilang ke bawah hingga di depan kedua kaki sapi. Tali ditarik ke bagianpunggung secara menyilang lagi, kemudian ditarik ke belakangmelalui selangkangan kaki belakang sapi. Model ini terkadang berisiko membuatkaki sapi menyepak ke belakang ketika ditarik melalui selangkangannya.



Daftar Pustaka
Admin. 2008. Tips Efektif Merebahkan Hewan Kurban. www.tipsanda.com.
Diakses tanggal 30 April 2009.
Hendra. 2009. Pemotongan Paruh. www.zalhendra.blogspot.com. Diakses tanggal
30 April 2009.
Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Jakarta: Modul
Program Keahlian Budaya Ternak.

Kamis, 16 April 2009

Peternakan Sapi Potong


PETERNAKAN SAPI PEDAGING

Pemilik peternakan bernama bapak Sumardianto.
Peternakan ini beralamat di Dusun Ngepeh, Desa Ngijo RT 05, RW 06 Kec. Karangploso Kabupaten Malang. Di peternakannya, Beliau memiliki banyak jenis sapi, antara lain sapi Perah, sapi Simental, sapi Limousin, sapi Brahman, dan sapi Campuran, sapi ini merupakan percampuran dari sapi perah dan sapi limousin. Peternakan ini didirikan sejak tahun 1991 dengan berbagai macam pertimbangan dan rintangan.
Pada peternakan ini terdapat banyak sekali sapi-sapi, total sapi di peternakan ini yaitu: sapi perah = 160 ekor
sapi potong betina = 300 ekor
sapi potong jantan = 300 ekor
perbandingannya yaitu:
1 sapi perah : 2 sapi potong

Permasalahan yang sering dialami oleh peternakan adalah di sektor penjualan, karena ternak yang dijual harus benar-benar cukup umur dan itu memakan waktu yang tidak singkat. Hal yang paling penting bagi sang peternak adalah keuntungan, ini yang menjadi tolak ukur sang peternak dalam keberhasilan menjalankan usahanya. Di peternakan ini harga yang ditawarkan untuk 1 ekor sapi ini cukup lumayan melambung, yaitu sekitar 20 juta rupiah untuk 1 ekor sapi potong jantan yang berat badannya sudah mencapai dewasa dan cukup umur untuk dipotong.
Pada peternakan ini segala fasilitas, kenyamanan, dan keamanan sapi sudah dijaga dengan baik. Hal ini terlihat dari kesediaan kandang, disini telah disediakan kandang untuk memisahkan sapi-sapi berdasarkan umurnya, dan setiap kandang ini berbeda-beda:
kandang 1 : untuk sapi yang berumur 6 bulan
kandang 2 : untuk sapi yang berumur 12 bulan
kandang 3 : untuk sapi yang umurnya lebih dari 12 bulan





Sedangkan untuk sapi yang baru lahir atau sering kita sebut dengan pedet, pada peternakan ini dibiarkan bebas dan tidak dikandangkan. Hal ini bertujuan agar pedet ini dapat menyusu sesukanya kepada induknya, dan agar dapat terbiasa mandiri untuk mencari pakannya sendiri.
Pada peternakan ini terdapat 10 biogas. Biogas ini berbentuk seperti sumur dan telah tersedia system regulasinya, yaitu tersedia jalan keluar-masuknya kotoran hewan sapi hingga didalamnya dapat diambil gas yang bisa mengeluarkan api atai gas metan. Karyawan yang bekerja pada peternakan ini cukup banyak, perbandingannya 1 tukang : 1 kuli. Karyawan –karyawan dalam peternakan ini mempunyai banyak tugas mereka sendiri-sendiri. Di setiap peternakan harus mempunyai dokter hewan sebagai partisinya hal inipun yang dimiliki dalam peternakan ini, dokter hewan yang bekerja di peternakan ini adalah drh. Didik yang sudah cukup lama bekerja di peternakan in.
Pada peternakan ini pakan diberikan untuk sapi-sapi rutin setiap pagi dan sore. Pakan yang diberikan adalah tebon dan damen (jerami). Tebon merupakan pakan ternak yang terbuat dari daun dan batang jagung yang telah dipotong-potong menggunakan alat tertentu yang telah disediakan, tebon ini kebanyakan diberikan pada sapi betina. Sedangkan damen ini merupakan batang dari padi yang sudah tua, damen ini harus diselep terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan.



Kebanyakan pakan ternak yang dipakai dalam peternakan ini adalah damen kering, karena lebih cepat dicerna oleh sapi. Selain itu damen juga lebih murah secara ekonomisnya, misalkan 1 pick up pakan ternak damen ini harganya cuma 50 ribu rupiah, dan hal ini sudah menjadi keuntungan tersendiri oleh sang peternak. Namun walaupun harga yang cukup terjangkau dan mudah dicerna oleh sapi, damen ini juga mempunyai kekurangan yaitu, gizinya kurang untuk memenuhi kecukupan gizi sapi, namun sang peternak tidak kehilangan ide, maka damen ini di beri konsentrat 1000/kg.
Porsi pakan yang diberikan pada sapi-sapi ini adalah 2 ton setiap dua hari sekali untuk sekitar 300 ekor sapi potong betina dan 300 ekor sapi potong jantan dan konsetrat pada masing-masing sapi minimal 3 kg dan maksimal 5 kg.


Selain dengan pakan, pada peternakan ini juga memiliki cara yang unik untuk menggemukkan sapi-sapinya, yaitu dengan cara tempat tidurnya sapi potong ini dialaskan kotoran dan air seninya sendiri sampai menutupi semua tubuh dan disisakan hanya kepalanya saja.
Selain pakan, sapi-sapi ini juga diberikan vitamin. Vitaminnya terdiri dari kandungan B1 dan B12. Vitamin B1 ini berfungsi untuk memperkuat otot. Sedangkan vitamin B12 sebenarnya merupakan vitamin yang dapat diproduksi oleh sapi itu sendiri, namun karena sapi-sapi ini jarang berjemur dan terlebih lagi kandang mereka ditutupi oleh atap, ini menyebabkan vitamin B12 yang ada dalam tubuhnya tidak maksimal diproduksi. Jadi untuk memenuhi kebutuhannya sapi ini harus diberi vitamin B12 dengan cara diinjeksi.
Sapi-sapi di peternakan inipun tidak lepas dari penyakit-penyakit yang umum dialami oleh sapi-sapi yang lainnya. Penyakit yang biasa terjangkit pada sapi-sapi ini adalah scabies dan infeksi pencernaan. Scabies merupakan penyakit kulit yang sangat sering dialami oleh kebanyakan sapi. Sedangkan infeksi pada sapi merupakan infeksi yang diakibatkan karena tidak cocok pakan ataupun ada benda-benda asing yang terdapat pada ransum ternak. Untuk mengatasi segala penyakit-penyakit itu setiap 6 bulan sekali, para sapi-sapi ini divaksinasi. Vaksinasi ini pada setiap satu kali vaksin pada sapi biayanya ± 3 juta rupiah.
Semua kesuksesan tidak akan lepas dari keyakinan, kerja keras, tidak putus asa, dan yang paling penting adalah prinsip yang kuat, hal ini pula yang dimiliki oleh sang peternak, Bapak Agus Sumardianto. Beliau memiliki prinsip, yaitu “Aset yang mahal, konsep dititipkan” “No raise, No gain.” Jika menanam keliru maka akan menyesal nantinya, namun bila memilih dengan benar maka akan memperoleh keuntungan.

Selasa, 07 April 2009

tugas Manajement Pet Animal

Kucing Persia



Kucing Persia merupakan kucing yang sangat cantik dan indah dengan bentuk tubuh yang besar, padat, kepala besar dan bulat, ditutupi lapisan bulu yang tebal. Orang awam pun pasti langsung bisa mengenali kucing persia.

Di Indonesia, kucing ras persia cukup banyak dikembangbiakkan dibandingkan dengan ras lain. Mungkin disebabkan bulu yang panjang dan tebal serta sifat tenang, anggun dan manja yang merupakan salah satu ciri khas kucing ras persia. Persia lebih mudah dikandangkan, relatif tidak berisik dan lebih cocok hidup di dalam rumah.

Berdasarkan panjang bulunya, persia terdiri daru dua tipe yaitu yang berbulu panjang (long haired persian) dan yang berbulu pendek (exotic short hair). Berdasarkan variasi warna, persia terbagi menjadi tujuh kelompok, yaitu :

a. Solid color

b. Silver and Golden Division

c. Shaded and Smoke Division

d. Tabby Division

e. Particolor Division

f. Bicolor Division

g. Himalayan Division


SEJARAH KUCING PERSIA


Kucing adalah hewan yang sudah sangat lama dikenal dalam sejarah kehidupan manusia, ini dibuktikan dari penemuan hieroglyphic Mesir kuno bertahun 1684BC yang menggambarkan kedekatan manusia dengan kucing. Pada masa itu, bangsa Mesir kuno telah memanfaatkan kucing sebagai hewan yang dapat melindungi tempat penyimpanan makanan dari gangguan hewan-hewan kecil atau binatang pengganggu lainnya. Sebagai anggota dari keluarga Felidae yang memiliki karakter dan kemampuan sebagai 'binatang buas', kucing diperlakukan sebagai hewan pemburu yang dihormati karena jasanya pada manusia. Selain itu, kucing juga dianggap sebagai perantara antara kehidupan dan dunia arwah, dijadikan mummy sebelum dibakar dan bahkan dipuja sebagai dewa. Hukuman mati diterapkan bagi orang yang membunuh kucing.

Ilustrasi

Kucing adalah simbol Dewa Bastet bangsa Mesir Kuno. Banyak berhala [atas] dibuat untuk menghormatinya. Kuil besar pemujaan Bastet, dibangun di daerah Bubastis, delta sungai Nil. Bastet adalah putri Dewa Matahari (Ra) yang digambarkan sebagai wanita berkepala kucing [kanan] dengan kedudukan sebagai Dewa Perlindungan. Pada situasi melindungi Raja, Bastet digambarkan berkepala Singa. Salah satu topeng pembakaran mummy kucing[kanan], dapat disaksikan di Oriental Institute Museum - University of Chicago.


Domestikasi hewan yang sekarang kita kenal sebagai 'kucing' ini berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia dan merupakan hasil evolusi dari proses adaptasi makhluk hidup terhadap alam dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gambaran, adaptasi Kucing liar Afrika (Felis silvestris lybica) di dataran tinggi yang tenang dan tentram di negeri Persia (Iran) menghasilkan Kucing Persia berbulu panjang (Persian longhair) sedangkan domestikasi oleh bangsa Tartar di daerah pegunungan Turki menghasilkan Kucing Angora (Turkish Angora)

Didasarkan pada penampilan fisik diawal masa penyebarannya di Eropa, beredar anggapan bahwa kucing berbulu panjang seperti Persian dan Angora adalah hasil domestikasi dari Pallas Cat (Felis Manul) - dikenal juga dengan nama Manul Cat, yaitu kucing liar berbulu panjang yang sampai sekarang masih dapat ditemui di Asia Tengah. Anggapan ini kemudian terbantahkan karena terbukti bahwa Felis manul memiliki bentuk tengkorak kepala yang berbeda dan secara genetika tidak memungkinkan untuk menghasilkan jenis Persian dan Angora. Para ahli kini meyakini bahwa kucing berbulu panjang yang sekarang dikenal di seluruh dunia, adalah domestikasi dari Felis silvestris lybica, yaitu kucing liar yang berasal dari Afrika

Penyebaran Kucing di Eropa, dalam beberapa literatur, disebutkan sudah berlangsung sejak tahun 1300-1500an, akan tetapi diakui oleh para ahli bahwa dokumentasi pertama mengenai penyebaran ini, adalah yang ditemukan dalam catatan seorang penjelajah Italia, Pietro della Valle (1586-1652) yang menuliskan telah dibawanya Kucing Persia dari propinsi Khorazan di Persia, ke Italia sebagai barang dagangan yang bernilai tinggi, sekembalinya dari perjalanan ke India bersama orang Portugis, tahun 1620. Dalam kurun waktu yang sama, Nicholas-Claude Fabri de Peiresc mendatangkan Turkish Angora ke Perancis. Dari Italia dan kemudian Perancis, kucing berbulu panjang menyebar ke negara-negara Eropa lain dan selanjutnya populer hingga ke Inggris pada tahun 1800an.

Popularitas Kucing Persia , Angora dan Russian longhair di Eropa, tahun 1800an, menjangkau hingga para bangsawan dan kalangan kerajaan (Queen Victoria dan Edward VII). Pada umumnya, jenis Persian - Angora - Russian longhair disukai karena bulunya yang halus dan panjang (berkesan mewah - elite), karakternya yang tenang dan anggun (komunikatif dengan pemiliknya - jinak) dan bentuk badannya yang gagah khas pembawaan keluarga Felidae (memberi kesan kejantanan atau kecantikan).


Ilustrasi

Cat Show di Crystal Palace, Juli 1871 dirasakan menyulitkan peserta (dalam menyiapkan kandang) karena hanya dilaksanakan 1hari. Cat Show selanjutnya diadakan selama 3hari, tanggal (2-4) Desember 1871
[dari kiri: Publikasi Cat Show, Lokasi cat show - Crystal Palace, Penilaian oleh Juri]



Old Deer Park adalah areal terbuka di Utara Richmond, Inggris yang
berbatasan langsung dengan sungai Thames, . Di tempat ini, diadakan pertemuan pertama 5000 pramuka sedunia, tahum 1920 dalam The 1st World Scout Jambore – 1920


Registrasi pada kucing peliharaan dipelopori oleh British Governing Council of the Cat Fancy, tahun 1900an, dengan mulai dilakukannya pencatatan dan klasifikasi jenis kucing secara sederhana menurut warna dan jenis bulu (longhair atau shorthair). Persian dan Angora berada dalam klasifikasi yang sama yaitu longhair, pembiakan diarahkan pada pengembangan pola warna baru. Smoke, adalah salah satu variasi pola warna yang berhasil dikembangkan dan populer saat itu, menggantikan pola tabby yang telah dikenal sebelumnya. Pada awal tahun 1900, Kucing berbulu panjang mulai diperkenalkan ke Amerika Serikat.

Pembiakan Kucing berbulu panjang di Amerika Serikat berbeda dengan yang dilakukan di Eropa. Walaupun pada awalnya menggunakan British Standard sebagai pedoman, kemudian secara perlahan program pembiakan di Amerika Serikat berjalan semakin jauh kearah pengembangan kualitas bulu, pengembangan variasi warna, perubahan bentuk tubuh dan bahkan perubahan karakter kucing. The Cat Fanciers' Association (CFA) yang berdiri di Amerika Serikat tahun 1906, pada cat show pertamanya di Buffalo dan Detroit sudah tidak lagi menggunakan klasifikasi longhair atau shorthair melainkan menempatkan jenis kucing seperti Persian dan Angora pada klasifikasi tersendiri. Program pembiakan di Amerika Serikat, berjalan secara menerus selama lebih dari 100 tahun dan bahkan menjadi semakin intensif dalam 30-40 tahun terakhir, hingga menghasilkan kucing-kucing seperti :

  • Peeked-face (Peke-face) dengan bentuk muka datar yang sangat ekstrim; muncul secara spontan dari mutasi gen pada persilangan berbagai Kucing Persia. Karena alasan kesehatan, jenis ini tidak lagi digunakan dalam program pembiakkan dan tidak sempat keluar dari Amerika Serikat (tidak ditemui di negara lain)
  • Extreme, Ultra, Piggy, Pig face, Baby face, adalah nama yang sama untuk generasi Kucing Persia berbulu panjang yang memiliki muka datar sebagai akibat dari bentuk tulang tengkoraknya (brachycephalic) yang masif, besar dan tidak memiliki tonjolan tulang rahang. Pada tahun 1970-1980, Ultra Persian menyebar ke Eropa dan menjadi kucing paling populer dikalangan peternak. Ciri khas yang tampak pada penampilannya, antara lain:

Memiliki muka datar yang sangat berbeda dari kucing pada umumnya. Dahi, hidung dan dagu berada pada satu garis vertikal, tanpa tonjolan tulang rahang (moncong). Memiliki mata besar yang bulat dan sangat dominan pada wajahnya. Berhidung pesek dan berada pada posisi yang tinggi, mendekati 'belahan' diantara kedua matanya, bahkan dapat lebih tinggi lagi hingga setinggi matanya. Secara keseluruhan membentuk wajah seperti pesolek (pansy-like face)

Memiliki kepribadian yang tenang, pendiam, setia dan bersahabat. Jarang mengeluarkan suara, berjalan mengelilingi ruangan dengan langkah perlahan dan anggun, dapat diam tempat-tempat terbuka untuk waktu yang lama dengan hanya pandangan matanya yang bergerak mengamati berbagai aktifitas disekelilingnya, lebih menyukai tempat-tempat yang tenang dan tentram di dalam rumah.

Di Indonesia, Ultra Persian dikenal sebagai Kucing Persia Pignose/medium-nose, tergantung pada muka datar yang dimilikinya (tidak semua pembiakan pignose dengan pignose pasti menghasilkan keturunan pignose, sekali waktu gen medium-nose akan dilahirkan kembali). Untuk posisi hidung yang tinggi mendekati mata, dikenal istilah 'hidung segaris' yang dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa mata kiri, hidung dan mata kanan berada pada satu garis mendatar.

  • Exotic Persian adalah jenis yang dikembangkan untuk memiliki bulu pendek dengan kombinasi muka datar (pignose) dan kepribadian tenang seperti karakter yang dimiliki Ultra Persian. Mulai dikenal di Indonesia sejak 5-10 tahun yang lalu dan saat ini sudah mulai banyak diternakkan. Bulu pendeknya membutuhkan perawatan yang jauh lebih mudah dari Ultra Persian. Jenis Exotic banyak diminati oleh pencinta kucing tingkat lanjut, yang lebih mengutamakan karakter serta hubungan emosional lebih dekat dengan hewan peliharaannya, dibandingkan dengan sekedar mendapatkan penampilan menarik yang kadangkala justru merepotkan.

Traditional Persian Cat

Sekalipun kontroversial, popularitas Ultra Persian memang telah terbukti dari kecepatannya menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Tidak hanya di Indonesia, sebutan 'kucing persia' (Persian Cat) saat ini selalu dimaksudkan untuk pengertian Ultra Persian, sedangkan kucing persia yang mengalami proses evolusi 'alamiah' menjadi lebih dikenal dengan sebutan 'Kucing Persia Tradisional' atau 'klasik'. Sebelum Ultra Persian menjadi populer, seluruh kucing persia yang ada di Eropa adalah Tradisional. Dengan meluasnya issue yang mengkaitkan Ultra Persian dengan masalah kesehatan, pada sekitar tahun 1980an, Traditional Persian Cat kembali diminati oleh cat fanciers di Jerman, Denmark, Skandinavia, Inggris dan negara Eropa lainnya Di Amerika Serikat sendiri, tahun 1987 berdiri the Traditional Cat Association (TCA) Heisson, Washington WA, by Diana L. Fineran yang mempopulerkan kembali Kucing Persia Tradisional sebagai 'doll-face' Persian - tentu saja disertai dengan claim sebagai kucing persia yang berpenampilan lebih alamiah dan lebih sehat.


ANATOMI LUAR KUCING PERSIA

1. Kepala

Kepala persia besar dan bulat, hidung pesek dan lebar dengan celah pembatas yang jelas dengan mata. Rahang kuat dan lebar, pipi penuh ditopang tulang pipi yang menonjol. Bila dilihat dari samping, bagian dahi hidung dan dagu berbentuk garis tegak lurus.

2. Telinga

Berujung bulat, bagian dasar melebar, tidak terlalu tinggi dan miring ke depan.

3. Mata

Mata yang membuka berbentuk bulat dan lebar, warna mata berhubungan dengan warna bulu.

4. Badan

Dada lebar dan membulat dengan bagian punggung sedikit membulat, ukuran dan posisi perut bagian belakang membulat dan lebih rendah (cobby).

5. Kaki

Pendek, tebal, kuat ditopang tulang yang berukuran besar. Kaki depan lurus dan kaki belakang juga lurus bila dilihat dari belakang.

6. Cakar

Besar, bulat dan kokoh, lima jari di kaki depan dan empat jari di kaki belakang.

7. Bulu

Panjang dan tebal mengkilap, menutupi seluruh badan.

8. Ekor

Berbulu tebal,lurus, panjang sesuai proporsi badan.

9. Sifat

Mudah beradaptasi dengan berbagai macam tempat, suka bermain dan mudah untuk disayangi. Ekspresi wajah yang manis dengan sifat tenang bisa duduk dan tidur disatu tempat selama berjam-jam, tidak berisik serta bersuara lembut.